Bank Dunia mengingatkan kondisi
moneter di Indonesia menunjukan kecenderungan yang semakin ketat. Pertumbuhan kredit
diakui masih tinggi, tapi pinjaman-pinjaman baru melambat dan akan terus
terjadi.
"Melambatnya permintaan
domestik baru benar-benar terlihat pada kuartal kedua. Namun terlihat jelas
bila dibandingkan saat tertinggi pada 2012," kata Lead Economist &
Sector Manager World Bank Indonesia, Jim Brumby seperti dikutip dari situs
resmi Setkab, Jumat (4/10/2013).
Menurut dia, melemahnya
permintaan domestik terus terjadi akibat penyesuaian terkait gejolak ekonomi
dunia, di samping juga karena tingginya laju inflasi saat itu.
Sementara, secara investasi
menurun signifikan, dari puncaknya 12 persen pada pertengahan 2012 jadi
berkurang dari 5 persen pada kuartal kedua 2013.
Terkait hal itu, Bank Dunia telah
mengoreksi proyeksi pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB) Indonesia untuk
2013 menjadi 5,6 persen, dan melemah jadi 5,3 persen pada 2014.
Bila ini bisa dicapai Indonesia,
menurut Brumby, akan menunjukkan kinerja yang baik bagi Indonesia. "Bila
proyeksi pertumbuhan kami berjalan, kinerja ekonomi Indonesia masih kokoh
dibanding negara-negara mitra dagang utama meski perbedaan mengecil," ujar
Brumby.
Dia memberikan tiga saran kepada
pemerintah dalam menghadapi gejolak ekonomi dunia yang disebut dengan tiga R.
Yaitu, responding yakni tanggap untuk memfasilitasi penyesuaian
jangka pendek, reducing uncertainty yaitu mengurangi ketidakpastian
dengan rencana cadangan dan komunikasi oleh pihak otoritas untuk tingkatkan
kepercayaan, dan refocusing adalah memfokuskan upaya kebijakan untukk
tingkatkan daya saing dan tingkat pertumbuhan.
Terkait dengan refocusing, lanjut
Brumby, bisa dicapai melalui implementasi paket kebijakan ekonomi Agustus,
menambah inisiatif-insiatif yang tidak terlalu sulit seperti fasilitasi
perdagangan, dan terakhir melanjutkan reformasi sektor finansial.
Referensi..